Informasi Apa Saja Sebagai Sharing Pengetahuan dan Pandangan Hidup

Breaking

Selasa, 28 Februari 2017

Kisah Nyata Rohaniawan Beristri dua tapi Akur dalam Satu Atap Selamanya

Dalam contoh yang lain, saya pernah bertemu seorang rohaniawan/pandita, dimana rohaniawan tersebut beristri dua, tinggal dalam satu rumah, tapi akur-akur saja, mereka menikah sejak zaman jepang, mereka secara ekonomi kurang berada, tapi punya istri dua tapi akur-akur saja dan tidak jauh di utara rumah mereka ada seorang pandita/rohaniawan beristri empat tinggal dalam satu rumah yang luas tapi mereka akur-akur saja dan suami/rohaniawan laki dan rohaniawan istri/istri rohaniwan ke 1-3 sudah tiada tinggal sekarang pandita istri keempat yang di griya/di rumah bersama anak-anak beliau. kemudian disini saya hanya konsultasi kepada rohaniawan yang unya istri dua yang tinggal di rumah yang sama dan secara ekonomi mereka kurang mampu/biasa-biasa saja, tapi akur-akur saja rumah tangganya, namun istri pertama rohaniawan tersebut sudah tiada sejak tahun 2013.
Menurut wejangan dari istri kedua rohaniawan yang beristri dua tsb, bahwa beristri dua atau lebih itu boleh-boleh saja, namun harus atas seizin istri pertama atau istri-istri sebelumnya, tujuannya agar tidak terjadi keributan dengan istri pertama atau istri-istri sebelumnya pasca mengambil istri kedua dan ketika mengambil istri kedua mesti jujur katakan sudah punya anak dan istri kepada istri kedua atau istri, dst.

Memiliki istri lebih dari satu (misalnya dua) itu tidak harus kaya, yang penting mampu dan yang penting disetujui oleh istri/istri-istri sebelumnya. cara mengurus rumah tangga ya biasa seperti bagaimana mengurus rumah tangga pada umumnya, apa kewajiban suami ya dijalankan dan apa kewajiban istri ya dijalankan.


Ketika ada keributan dalam berumah tangga, itu hal yang biasa, maka sejenak sang suami membiarkan keributan tsb sambil mengawasi agar tidak berantem lebih keras dan pasca ribut, suami memberikan nasehat kepada istri-istrinya, tujuannya agar mereka bisa saling mengeti dan agar keributan tsb bisa diminimalisir, tapi dalam hal ini suami harus bersifat netral dan tidak berpihak pada salah satunya jika terjadi keributan tsb, namun tetap memberikan nasehat dan mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan setiap permasalahan tsb dan bersama-sama mencari jalan keluar terbaik dari permasalahan tsb secara bersama-sama, tujuannya agar saling mengerti dalam rumah tangga, saling mengisi dan saling pengertian  dalam rumah tangga, sehingga ribut-ribut dalam rumah tangga bisa diminimalisir bahkan dihindari (terhindari dari keributan rumah tangga).

Tapi menurut pengalaman istri kedua rohaniwan tsb, dimana mereka selama berumah tangga baik-baik saja, apa-apa bersama-sama bahkan kerja pun bersama-sama begitu juga dalam membesarkan anak-anaknya pun bersama-sama tidak ada masalah/jarang terjadi masalah antara istri kedua dengan istri pertama, ataupun bersama suaminya dan sepanjang berumah tangga mereka baik-baik sajadan akur-akur saja.

Istri kedua Rohaniwan tsb juga mengingatkan bahwa mencari istri itu tidak sembarangan dan pilah-pilah dahulu meski itu mencari istri ke-2 dst.


Disamping itu suaminya juga tegas (bukan keras), dalam artian suaminya bisa membawa diri dan membina rumah tangganya, bisa menasehati diri sendiri, istri-istrinya dan anak-anaknya. da pada akhirnya mereka akur-akur saja dalam rumah tangganya, saling asah-asih dan asuh dalam berumah tangga, intinya meski beristri lebih dari satu harus sayang kepada anak-anak dan istri-istrinya dan tidak bileh menyianyiakan mereka dan dalam hal ini istri kedua rohaniawan tsb juga mengingatkan bahwa hak lelaki dan wanita adalah sama dan sejajar.

Saling menerima, saling menyayangi, tidak menyianyiakan anak-sitri, saling pengertian, saling bekerjasama, komunikasi yang baiik, sejalan dan sepemikiran dalam membangun rumah tangga adalah kunci kesuksesan dalam membangun rumah tangga meski beristri lebih dari satu.

Demikianlah hasil wawancara dari narasumber yaitu istri kedua rohaniwan yang beristri dua mengenai kisah nyata rumah tangga rohaniawan beristri dua yang tinggal dalam satu atap namun tetap harmonis hingga kini.

Berikut adalah beberapa point yang saya petik dari kisah tsb, yaitu :

1. Jika menikah lagi, harus seizin istri pertama.

2. Cara mengurus rumah tangga sama seperti berumah tangg pada umumnya, sebagaimana kewajiban suami-istri pada umumnya.

3. Harus menyayangi anak-anak dan istri-istrinya, tidak boleh menyia-nyiakan mereka.

4. Tidak mesti kaya, yang penting seizin istri dan mampu, serta siap menjalaninya dengan baik, siap berkeadilan, tapi dalam hal ini suami sesuai swadharma suami, yaitu bekerja/sebagai sumber nafkah utama dalam menghidupi rumah tangganya (suami harus semangat kerja, mencari rezeki sesuai jalan dharma untuk menghidupi rumah tangganya)

5. Ketika terjadi masalah, harus bisa bersifat netral dan mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan masalah tersebut secara bersama-sama(Diskusi bersama).

Contoh: ketika istri pertama dan kedua ada miskomunikasi, maka suami diam sejenak dengan sabar sambil mengawasi agar tidak terjadi keributan yang lebih besar, setelah itu menasehati istri-istri agar saling mengerti sehingga keributan bisa diminimalisir, bahkan dihindari. (dalam hal ini suami  harus bersifat netral, sabar, namun menasehati anak-anak dan istri-istrinya).

NB: Setiap ada masala suami harus bersifat netral dan setiap ada masalah dimusyawarahkan baik-baik secara bersama-sama/mapaitungan bareng-bareng

6. Kadang harus sedikit pintar/pikirannya main/logikanya main.

7. Suami harus tegas(bukan keras) dan bisa membina dan menasehati diri sendiri, anak-anaknya dan istri-istrinya.

8. Menanamkan Sifat saling menyayangi dan saling bekerjasama dalam rumah tangga.

Saling nerima, saling mengerti, saling menyayangi, saling bekerjasama, sejalan dan sepemikiran dalam rumah tangga.

Demikianlah kunci keharmonisan dalam membangun rumah tangga yang beristri lebih dari satu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox